Home | Posts RSS | Comments RSS | Login

"TAHURA OH TAHURA" 26-27 MAY 2012 (Part 2)

Sabtu, 30 Juni 2012







CABAI GUNUNG Dicaeum sanguinolentum 
 (I: Blood-breasted Flowerpecker)
Deskripsi: Berukuran sangat kecil (8 cm), berwarna‑warni. Jantan dewasa: tubuh bagian atas biru tua, perut dan tenggorokan kuning tua, dada merah padam dibatasi garis hitam yang tidak rapih. Betina: tubuh bagian atas coklat-zaitun buram dengan tunggir merah padam, tubuh bagian bawah kuning tua bercoret kelabu-zaitun.
Iris biru atau coklat, paruh hitam, kaki kelabu tua.
Suara: Seperti burung cabai lain, bermacam-macam suara klik bernada tinggi dan berdengung: "ciit-ciit-ciit-ciit" yang parau, "cuk-cuk-twít", dan "tik-tik-tik-.." yang sibuk.
Penyebaran global: Jawa, Bali, dan Sunda Kecil.
Penyebaran lokal dan status: Tersebar luas di hutan perbukitan, pegunungan, dan pinggir hutan di Jawa dan Bali, biasanya antara ketinggian 800-2.400 m.
Kebiasaan: Seperti burung cabai lain, terbang di antara puncak pohon, terutama pada benalu dan semak‑semak Viscum.
Catatan: Mungkin sejenis dengan D. hirundinaceum dari Australia dan Maluku atau dengan Cabai perut-kuning.





BURUNG-MADU GUNUNG Aethopyga eximia 
(I: White-flanked Sunbird)
Deskripsi: Berukuran sedang (13 cm termasuk ekor panjang pada jantan), berwarna-warni. Jantan dewasa: mahkota dan garis tenggorokan yang sempit biru-ungu mengilap; tenggorokan dan dada atas merah; punggung dan sayap berwarna zaitun, tunggir kuning, ekor hijau kebiruan panjang, ada berkas bulu putih pada sisi tubuh. Betina: tubuh bagian atas berwarna zaitun suram, tubuh bagian bawah hijau-zaitun tua dengan sisi putih, ekor lebih pendek.
Iris coklat, paruh dan kaki hitam.
Suara: “Ti‑ti‑ti‑liit” yang amat nyaring dan variasinya.
Penyebaran global: Endemik di Jawa.
Penyebaran lokal dan status: Umum terdapat di gunung‑gunung di Jawa, di hutan dan semak puncak gunung di atas ketinggian 1.200 m.
Kebiasaan:           Terbang sendirian, berpasangan, atau dalam kelompok kecil, biasanya tidak jauh di atas lantai hutan. Mendatangi pohon‑pohon yang sedang berbunga dan tumbuhan merambat di hutan lebat, hutan bekas tebangan, dan pinggir hutan.







KEPUDANG-SUNGU JAWA Coracina javensis
(I: Malaysian Cuckoo-shrike; M: Sewah Besar)
Deskripsi: Berukuran besar (28 cm), berwarna abu-abu, menyerupai bentet. Pada jantan, tubuh bagian atas abu-abu, sisi bulu sayap keputih-putihan. Dua bulu ekor tengahnya abu-abu, bulu ekor lainnya bergradasi lebih pucat ke luar. Perutnya keputih-putihan, kekang dan kacamata hitam, tenggorokan abu-abu gelap. Betina berwarna lebih pucat, karena garis abu-abu pada dada bawah dan sisi tubuh. Remaja mirip dengan betina tetapi lebih coklat, dengan garis yang lebih tebal pada bagian bawah dan tunggir.
Iris coklat, paruh hitam, kaki coklat gelap.
Suara: Siulan keras, menusuk "pii-iio, pii-ioo", "twiir" atau "twii-iit".
Penyebaran global: Semenanjung Malaysia, Jawa, dan Bali
Penyebaran lokal dan status: Di Jawa dan Bali tersebar luas, secara lokal cukup umum di pesisir dan daerah rendah sampai ketinggian 1.500 m.
Kebiasaan: Umumnya hidup sendirian atau berpasangan. Tinggal di puncak-puncak pohon tertinggi, sering di pinggir hutan bekas tebangan.
Catatan: Oleh beberapa pakar, dianggap sebagai ras dari Kepudang-sungu besar C. novaeholandiae/caledonica.







SIKATAN NINON Eumyias indigo 
 (I: Indigo Flycatcher)                     
Deskripsi: Berukuran sedang (14 cm), berwarna biru-nila gelap (warna utama), paling gelap, nyaris hitam di sekitar pangkal paruh. Dahi keputih-putihan, meluas menjadi alis di atas mata. Dada bawah keabuan, berangsur-angsur berubah menjadi keputih-putihan pada perut. Tungging kuning tua (putih pada burung Jawa). Remaja: dada dan tenggorokan berbercak merah muda.
Iris coklat-merah, paruh dan kaki hitam.
Suara: Seri panjang terdiri dari cicitan "fi-fu-fiu-fi-fii-...." yang berdering dan “trrrr-tr” keras.
Penyebaran global: Endemik di Sunda Besar.
Penyebaran lokal dan status: Di Sumatera, Kalimantan (tercatat di G. Kinabalu ke v sampai G. Murud, G. Mulu, dan Kayan Mentarang), dan Jawa, penetap yang cukup umum di daerah perbukitan dan pegunungan, antara ketinggian 900-3.000 m. Di Bali tidak tercatat.
Kebiasaan: Hidup di hutan gelap di pegunungan, tetapi cukup jinak dan mudah didekati. Umumnya bertengger rendah, dekat tanah, suka ikut kelompok campuran.

  
SIKATAN BODOH Ficedula hyperythra  
(I: Snowy-browed Flycatcher; M: Burung Sambar Kudong)
Deskripsi: Berukuran kecil (11 cm), berwarna biru-kelabu atau merah karat. Jantan: tubuh bagian atas biru jelaga, alis putih pendek mencolok, tubuh bagian bawah jingga, tenggorokan, dada, dan sisi tubuh kuning tua. Betina: tubuh bagian atas coklat, tubuh bagian bawah kekuningan, alis kuning. Remaja: berbintik coklat.
Iris coklat tua, paruh hitam, kaki kelabu sampai coklat.
Suara: Nyanyian santai terdiri dari 3-4 nada lengking “ciit-cii-cii-caw” atau cicitan tunggal: "ciii".
Penyebaran global: India utara sampai Cina selatan, Filipina, Asia tenggara, Semenanjung Malaysia, Sunda Besar, Sulawesi, Maluku, dan Nusa Tenggara.
Penyebaran lokal dan status: Di Sumatera, Kalimantan (ditemukan dari G. Kinabalu ke selatan sampai Tama Abo dan G. Mulu, juga Pegunungan Nyiut dan Pai), Jawa dan Bali, umum terdapat di hutan pegunungan antara ketinggian 900-3.100 m.
Kebiasaan:           Tidak menonjol. Duduk diam pada tenggeran rendah atau batang roboh, lalu terbang cepat untuk menangkap serangga tanah. Menghabiskan banyak waktu di tanah, berlompatan seperti cingcoang. Umumnya tinggal sendirian dan agak jinak. Sesekali memakan buah-buahan kecil.
 


MUNGUK LORENG Sitta azurea 
(I: Blue Nuthatch; M: Burung Patuk Gunung)
Deskripsi: Berukuran kecil (13 cm), berwarna biru dan putih. Mahkota, tengkuk, dan sisi kepala hitam; punggung, sayap, dan ekor biru mengilap terlihat hitam di tempat yang agak gelap; tenggorokan dan dada putih. Perut dan tungging hitam (Sumatera dan Jawa barat) atau hitam biru (Jawa timur).
Iris putih; paruh kuning; kaki abu-abu biru.
Suara: Mencicit tinggi, resik, mirip suara Munguk beledu.
Penyebaran global: Semenanjung Malaysia, Sumatera, dan Jawa.
Penyebaran lokal dan status: Di Sumatera dan Jawa merupakan penghuni yang umum di hutan pegunungan antara 900-2.400 m. Tidak terdapat di Bali.
Kebiasaan: Seperti Munguk beledu tetapi lebih menyukai hutan subpegunungan.