laporan dari pengamatan disekitar P-WEC
:D Senang sekali ketemu dengan :
1. Cynniris jugularis/Burung madu sriganti/Olive-backed Sunbird
Deskripsi: Berukuran kecil (10
cm), berperut kuning terang. Jantan dagu dan dada hitam-ungu metalik, punggung
hijau-zaitun. Betina: tanpa warna hitam, tubuh bagian atas hijau-zaitun, tubuh
bagian bawah kuning, alis biasanya kuning muda.
Iris coklat tua, paruh dan kaki hitam.
Suara: Kerikan musikal: “ciip, ciip, chii wiit” dan suatu melodi
pendek yang diakhiri dengan getaran nyaring.
Penyebaran global: Cina, Asia
tenggara, Filipina, Semenanjung Malaysia, dan Indonesia, sampai P. Irian dan
Australia.
Penyebaran lokal
dan status: Burung-madu yang
paling umum di daerah dataran rendah terbuka, kadang‑kadang sampai
ketinggian 1.700 m di seluruh Sunda
Besar (termasuk pulau‑pulau kecil di sekitarnya).
Kebiasaan: Ribut. Dalam
kelompok kecil, berpindah-pindah dari satu pohon atau semak berbunga ke yang
lainnya. Jantan kadang‑kadang berkejar-kejaran mondar-mandir dengan galak.
Mengunjungi pekarangan, semak pantai, dan hutan mangrove. Mendatangi bunga Loranthus, Morinda, pohon pepaya, dan lain-lain.
2. Picoides moluccensis (Howard and Moore 3rd edition (as published)) or Dendrocopos moluccensis (Gmelin, 1788)/Caladi Tilik/Sunda Woodpecker
Deskripsi: Berukuran kecil (13 cm), berwarna hitam dan putih. Topi coklat gelap.
Tubuh bagian atas coklat gelap berbintik putih. Tubuh bagian bawah putih kotor
bercoretkan hitam. Sisi muka putih dengan bercak pipi abu-abu, setrip malar
hitam lebar. Jantan: ada garis merah tipis di belakang mata.
Iris merah, paruh atas hitam, paruh bawah abu-abu, kaki hijau.
Suara: "Kikikikikiki" yang bergetar pendek, tajam terengah-engah,
atau dengungan "trrrrrr-i-i".
Penyebaran global: India, Asia tenggara, Kalimantan, Sumatera, Jawa, dan
Nusa Tenggara.
Penyebaran lokal dan status: Dulu agak jarang di Sumatera, tetapi sekarang lebih umum terdapat dan
tersebar luas di hutan yang cukup terbuka. Di Kalimantan, kebanyakan hidup di
daerah pantai. Di Jawa dan Bali, umum terdapat di ketinggian rendah.
Kebiasaan: Khas pelatuk kecil, bergerak perlahan-lahan pada batang pohon atau
pohon mati untuk mencari makan, biasanya menyendiri. Tinggal di hutan sekunder,
lahan terbuka, dan hutan mangrove.
3. Orthotomus
sepium/Cinenen Jawa/Olive-backed Tailorbird
Deskripsi: Berukuran kecil (11
cm), berwarna kelabu, berkepala merah karat. Jantan: mahkota, kerongkongan, dan
pipi merah karat, bulu yang lain abu-abu kehijauan, perut putih tersapu kuning.
Betina: kepala tidak semerah jantan, dagu dan tenggorokan atas putih.
Perbedaannya dengan Cinenen kelabu: punggung lebih zaitun, sisi tubuh lebih
kuning, tidak begitu kelabu. Iris coklat kemerahan, paruh coklat, kaki merah
muda.
Suara: Terkenal karena
variasi suaranya, termasuk suara monoton berulang, sama dengan suara Cinenen
kelabu.
Penyebaran global: Endemik di Jawa dan Bali.
Penyebaran lokal
dan status:
Umum terdapat sampai ketinggian 1.500 m
di Jawa dan Bali.
Kebiasaan: Mengunjungi hutan
terbuka, pinggir hutan, tumbuhan sekunder, dan rumpun bambu. Aktif di semak
bawah dan di pucuk pohon.
Catatan: Diperlakukan oleh beberapa pakar sebagai ras dari Cinenen kelabu.
4. Cocomantis sepulcralis/Wiwik Uncuing/Rusty-breasted Cuckoo
Deskripsi:
Berukuran kecil (23 cm), berwarna coklat keabuan. Dewasa: kepala abu-abu,
bagian punggung, sayap, dan ekor coklat keabuan, tubuh bagian bawah merah
karat. Mirip Wiwik kelabu, tetapi lebih gelap. Burung muda: punggung coklat
terang, tubuh bagian bawah keputih-putihan dengan garis-garis hitam yang cukup
lebar dan jelas pada seluruh bulunya.
Iris
coklat, lingkaran mata kuning, paruh hitam dengan bintik jingga, kaki abu-abu.
Suara:
Siulan sedih: “wiit” atau “pii-wiit”, diulang sepuluh sampai dua puluh lima
kali, dengan nada yang makin merendah. Bunyi meninggi, lebih cepat, dan “liar”
daripada kicauan yang mirip kicauan Wiwik kelabu (D.A.H).
Penyebaran global: Semenanjung Malaysia, Kalimantan, Sumatera, Belitung, Enggano,
Simeuleu, Jawa, Bali, Sulawesi, Maluku, Nusa Tenggara, dan Filipina.
Penyebaran lokal dan status: Penghuni dataran rendah di perbukitan
sampai ketinggian 1.600 m.
Kebiasaan:
Menyukai hutan, tepi hutan, tumbuhan sekunder, perkebunan, dan kebun-kebun
di pedesaan.
Catatan:
Kadang-kadang disamakan dengan jenis Wiwik belukar C. variolosus, tetapi mungkin berkerabat lebih dekat dengan C. merulinus.
5. Pericrocotus cinnamomeus/Sepah Kecil/Small Minivet
Deskripsi:
Berukuran kecil (15 cm), berwarna abu-abu, merah, dan hitam. Perbedaannya
dengan burung sepah lain adalah kepala dan mantel jantan abu-abu serta tubuh
bagian bawah betina keputih-putihan dan lebih buram.
Iris coklat, paruh hitam, kaki
hitam.
Suara: Bernada tinggi, berdering
"tsyi-tsyi-tsyi-tsyi", merupakan panggilan di antara anggota
kelompok.
Penyebaran global: India, Asia tenggara (kecuali Semenanjung Malaysia), Kalimantan, Jawa, dan
Bali.
Penyebaran lokal dan status: Status di Kalimantan tidak diketahui. Pada akhir abad yang lalu, seekor
dikoleksi di Kalimantan selatan, mungkin merupakan pengembara dari Jawa.
Penghuni tetap di Jawa dan Bali, tersebar luas dan cukup umum terdapat di
dataran rendah. Di Sumatera dan Kalimantan, digantikan keberadaannya oleh Sepah
tulin.
Kebiasaan: Lebih
menyukai hutan terbuka, hutan mangrove, tanah pertanian, dan pedesaan. Terbang
dalam kelompok kecil yang aktif dan ribut, mencari makan di puncak pohon-pohon
yang tinggi.
6. Halcyon
cyanoventris/Cekakak Jawa/Javan Kingfisher
Deskripsi: Berukuran sedang
(25 cm), berwarna sangat gelap. Dewasa: kepala coklat tua, tenggorokan dan
kerah coklat. Perut dan punggungnya biru ungu, penutup sayap hitam, bulu
terbang biru terang. Bercak putih pada sayap terlihat sewaktu terbang. Remaja:
tenggorokan keputih-putihan.
Iris coklat tua, paruh dan kaki merah.
Suara: Jernih berdering: “cii-rii-rii-rii” atau “crii-
crii-crii”, dan suara lain yang mirip Cekakak belukar.
Penyebaran global: Endemik di Jawa dan Bali.
Penyebaran lokal
dan status: Tersebar luas dan
tidak jarang di lahan terbuka di dekat air bersih, sampai ketinggian 1.000 m di Jawa dan Bali. Telah hilang dari
beberapa tempat yang dulu sering dikunjungi.
Kebiasaan: Bertengger pada
cabang rendah pohon yang terisolasi atau pada tiang di lahan rumput terbuka.
Memburu serangga dan mangsa lain. Jarang sekali berburu di atas air. Lebih
pendiam dibandingkan Cekakak sungai, tetapi suaranya sering terdengar.
7. Aethophyga eximia/Burung madu gunung/White-flanked Sunbird
Deskripsi: Berukuran sedang
(13 cm termasuk ekor panjang pada jantan), berwarna-warni. Jantan dewasa:
mahkota dan garis tenggorokan yang sempit biru-ungu mengilap; tenggorokan dan
dada atas merah; punggung dan sayap berwarna zaitun, tunggir kuning, ekor hijau
kebiruan panjang, ada berkas bulu putih pada sisi tubuh. Betina: tubuh bagian
atas berwarna zaitun suram, tubuh bagian bawah hijau-zaitun tua dengan sisi
putih, ekor lebih pendek.
Iris coklat, paruh dan kaki hitam.
Suara: “Ti‑ti‑ti‑liit” yang amat nyaring dan variasinya.
Penyebaran global: Endemik di Jawa.
Penyebaran lokal
dan status: Umum terdapat di
gunung‑gunung di Jawa, di hutan dan semak puncak gunung di atas ketinggian
1.200 m.
Kebiasaan: Terbang sendirian,
berpasangan, atau dalam kelompok kecil, biasanya tidak jauh di atas lantai
hutan. Mendatangi pohon‑pohon yang sedang berbunga dan tumbuhan merambat di
hutan lebat, hutan bekas tebangan, dan pinggir hutan.
8. Microhierax fringillarius/Alap-alap Capung/Black-tighted Falconet
Deskripsi: Berukuran kecil (15 cm), berwarna hitam dan putih.
Tubuh bagian atas hitam, dengan bintik-bintik putih pada bulu sekunder paling
dalam dan pada ekor. Dada putih, perut merah karat, paha hitam. Bagian sisi
muka dan penutup telinga hitam, dikelilingi garis atau bercak putih. Muka
remaja tersapu warna kemerahan.
Iris coklat
gelap, paruh keabuan, kaki abu-abu.
Suara: Keras, teriakan tinggi "syiiw" dan cepat
berulang-ulang "kli-kli-kli-kli".
Penyebaran global: Semenanjung Malaysia dan
Sunda Besar.
Penyebaran lokal dan status: Di
Sumatera dan Kalimantan (kecuali di bagian utara) umumnya dijumpai di hutan
dataran rendah sampai ketinggian 1.000
m. Sekarang jarang ditemukan di Jawa dan Bali.
Kebiasaan: Duduk bertengger di daerah terbuka di tepi hutan atau
desa terbuka, termasuk di daerah persawahan. Menangkap capung dan serangga
lainnya secara ganas dan mendadak, kadang-kadang berani menyerang burung-burung
kecil dan mangsa lainnya. Bersarang pada lubang-lubang pohon.
Catatan: Beberapa pakar menganggap alap-alap ini sejenis dengan
Alap-alap kalung M. caerulescens.
9. Spilornis cheela/Elang-ular Bido/Crested Serpent-eagle
Deskripsi: Berukuran sedang (50 cm), berwarna gelap. Sayap sangat
lebar membulat, ekor pendek. Dewasa: tubuh bagian atas coklat abu-abu gelap,
tubuh bagian bawah coklat. Perut, sisi tubuh, dan lambungnya berbintik-bintik
putih, terdapat garis abu-abu lebar di tengah garis-garis hitam pada ekor.
Jambulnya pendek dan lebar, berwarna hitam dan putih. Ciri khasnya adalah kulit
kuning tanpa bulu di antara mata dan paruh. Pada waktu terbang, terlihat garis
putih lebar pada ekor dan garis putih pada pinggir belakang sayap. Ras
Kalimantan berwarna lebih pucat dan coklat. Remaja: mirip dewasa, tetapi lebih
coklat dan lebih banyak warna putih pada bulu.
Iris kuning,
paruh coklat-abu-abu, kaki kuning
Suara: Sangat ribut, melayang-layang di atas hutan,
mengeluarkan suara nyaring dan lengking "kiu-liu",
"kwiiik-kwi", atau "ke-liik-liik" yang khas, dengan tekanan
pada dua nada terakhir, dan "kokokoko" yang lembut.
Penyebaran global: India, Cina selatan, Asia tenggara, Palawan, dan
Sunda Besar.
Penyebaran lokal dan status: Terdapat
di seluruh Sunda Besar dan mungkin merupakan elang yang paling umum di daerah
berhutan sampai pada ketinggian 1.900 m.
Kebiasaan: Sering terlihat terbang melingkar di atas hutan dan
perkebunan, antar pasangan sering saling memanggil. Pada saat bercumbu,
pasangan memperlihatkan gerakan aerobatik yang menakjubkan walaupun biasanya
tidak terlalu gesit. Sering bertengger pada dahan yang besar di hutan yang
teduh sambil mengamati permukaan tanah di bawahnya.
10. Ictinaetus malayensis/Elang Hitam/Black Eagle
Deskripsi: Berukuran besar (70 cm), berwarna hitam. Sayap dan
ekor panjang, tampak sangat besar pada waktu terbang. Terdapat bercak berwarna
pucat pada bagian pangkal bulu primer dan garis-garis samar pada ekor. Tetapi
pada waktu terbang atau beristirahat, penampakan umum tubuh seluruhnya hitam.
Remaja: berwarna pucat, dengan coretan kuning tua pucat pada bulu dan paha.
Iris coklat, paruh hitam dengan ujung abu-abu, sera dan kaki kuning.
Suara: Ratapan berulang-ulang “klii-ki” atau “hi-liliuw”,
biasanya dikeluarkan dalam seri nada yang melemah.
Penyebaran global: India, Cina tenggara, Asia
tenggara, Sulawesi, Maluku, dan Sunda Besar.
Penyebaran lokal dan status: Terpencar,
tetapi tersebar luas di seluruh Sunda Besar, di dataran rendah dan hutan
perbukitan sampai ketinggian 1.400 m
(di Jawa sampai ketinggian 3.000 m).
Kebiasaan: Mendiami kawasan hutan, biasanya terlihat
berputar-putar rendah di atas tajuk pohon. Meluncur dengan indah dan mudah di
sisi-sisi bukit berhutan, sering berpasangan.
Suka merampok sarang burung lain.
11. Lonchura punctulata/Bondol Peking/Scaly-breasted Munia
Deskripsi: Bondol agak kecil
(11 cm), berwarna coklat. Tubuh bagian atas coklat, bercoretan, dengan tangkai
bulu putih, tenggorokan coklat kemerahan. Tubuh bagian bawah putih, bersisik
coklat pada dada dan sisi tubuh. Remaja: tubuh bagian bawah kuning tua tanpa
sisik.
Iris coklat, paruh kelabu kebiruan, kaki hitam kelabu.
Suara: Cicitan nada ganda: “ki-dii, ki-dii” atau suara tanda
bahaya: “tret-tret”.
Penyebaran global: India, Cina,
Filipina, Asia tenggara, Semenanjung Malaysia, Sunda Besar, Nusa Tenggara, dan
Sulawesi. Diintroduksi ke Australia dan tempat lainnya.
Penyebaran lokal
dan status: Di Sumatera, Jawa,
dan Bali, umum dan tersebar luas, sampai ketinggian 1.800 m. Diperkirakan ada populasi feral di
Kalimantan selatan.
Kebiasaan: Sering mengunjungi
padang rumput terbuka di lahan pertanian, sawah, kebun, dan semak sekunder.
Hidup berpasangan atau dalam kelompok kecil, segera bergabung dengan kelompok
bondol lainnya. Memperlihatkan goyangan ekor khas bondol, bertingkah laku tidak
karuan dan lincah.
12. Prinia familiaris/Perenjak Jawa/Bar-winged Prinia
Deskripsi: Berukuran agak
besar (13 cm), berwarna zaitun. Ekor panjang, dengan garis sayap putih khas
serta ujung hitam-putih. Tubuh bagian atas coklat-zaitun, tenggorokan dan dada
tengah putih; sisi dada dan sisi tubuh kelabu, perut dan tungging kuning pucat.
Iris coklat, paruh atas hitam, paruh bawah kekuningan,
kaki merah muda.
Suara: Keras bernada tinggi: “cwuit-cwuit-cwuit”. Suara alarm:
"hii-hii-hii".
Penyebaran global: Endemik di Sumatera, Jawa, dan Bali.
Penyebaran lokal
dan status: Di Sumatera tidak
jarang sampai ketinggian 900 m,
walaupun tidak terlihat di Sumatera utara. Sangat umum sampai ketinggian 1.500 m di Jawa dan Bali.
Kebiasaan:
Menghuni
hutan mangrove dan habitat sekunder terbuka, terutama kebun dan taman. Ribut,
suka berkelompok kecil. Berburu di sekitar permukaan tanah sampai puncak pohon.
Alhamdulillah, dapat menemukan setidaknya 12 jenis burung. Selain itu, banyak teman yang bertambah. Terbang Menembus Batas ! Sekian ^_^