Ada yang beda dari pengamatan Peksia kemarin.
Ceritanya nih, hari Rabu 9 Januari 2013 di Wonorejo
kita berjumpa ‘sesosok’ burung yang beda dari spesies burung yang biasa kita
lihat di Wonorejo. Awalnya kita cuma iseng-iseng aja pengamatan, sekalian ngisi
waktu dan hari kosong jeda UAS. Lumayan kan, daripada nganggur dan
ujung-ujungnya ngowoh di kamar.. hihi. Terkadang pengamatan gak cuma buat
nambah ilmu dan pengalaman tapi juga bikin kita terhibur. Gimana gak terhibur?
Burung-burung ‘unyu’ kayak Rajaudang biru (Alcedo coerulescens), Bondol peking
(Lonchura punctulata), dan Perenjak rawa (Prinia familiaris) seliweran di depan
mata. Ada juga burung-burung pantai, contohnya Cerek jawa (Charadrius
javanicus), Cerek Kernyut (Pluvialis fulva), dan Trinil pantai (Actitis hypoleucos)
mondar-mandir nyari ‘penghasilan’ di substrat berlumpur.
Nah, waktu itu cuacanya enaaaaak banget. Mendung,
angin sepoi-sepoi bagaikan di tambak (emang gak di tambak ya? :p). Kita santai
duduk-duduk di depan tambak sambil bercanda, makan-makan, nyalon (eh),
muncullah spesies burung yang beda itu di substrat berlumpur tempat kita
ngelihat burung-burung pantai tadi. Bukan, dia bukan beda gara-gara pake sarung
sambil bawa kentongan (emang mau ngeronda?), dia terlihat unfamiliar karena
perawakannya yang hampir mirip cerek tapi terlihat lebih besar dan mudah
terlihat dari kejauhan lewat warnanya yang coklat kemerahan dan ekornya yang
berwarna hitam. Selain itu, perilakunya beda dengan burung-burung yang waktu
itu lagi di sekitarnya, burung ini lebih sering terlihat berlari-lari, gak tau
dia emang dulunya atlet lari atau cuma pengen olahraga aja haha... Setelah tahu
kalau burung ini terasa agak janggal di mata, kita langsung menggunakan senjata
kita kalau pengamatan, betul sekali...binokuler dan kamera! Dan bener, setelah
kita bino dan foto burung ini, kita mendapati hasil bahwa : kita sama sekali
bener-bener belum pernah lihat burung ini di Wonorejo. Langsung kita cocokkan dan
identifikasi pake kitab perburungan kita, Mackinnon. Setelah perdebatan alot
(kira-kira 10 tahun) akhirnya kita mendapati kesimpulan bahwa burung ini
bernama : Terik australia (Stiltia isabella) atau dalam nama inggrisnya adalah Australian Pratincole. Kita yang penasaran langsung menanyakan kepada ‘tetua’
Peksia tentang keberadaan dan perjumpaan burung ini di Wonorejo. Jawaban nya,
senior-senior Peksia juga belum pernah menemukan si Isabella ini di Wonorejo.
Bahkan dari artikel yang kami dapatkan, perjumpaan dengan Terik australia di
Pulau Jawa hanya beberapa kali dan mostly di daerah pantai selatan. Beberapa
kali tercatat muncul dan salah satunya di Pantai Trisik (http://www.kutilang.or.id/burung/konservasi/terik-australia/) dan di daerah Lumajang.
Kalau tentang perilaku nya si Isabella yang cuma
sebentar aja kita lihat, dia suka banget tampil. Gara-gara itu, beberapa kali
kita dapat foto-fotonya dan beberapa kali juga kami lihat dia gak sendirian,
tapi ada satu temennya, alias berjumlah 2 individu. Selain itu, burung yang memiliki
paruh merah dengan ujung hitam ini juga sering terlihat menggoyangkan kepala dan
badannya. Tak terasa, selama setengah jam kami mantengin dia yang lari-lari,
mondar-mandir, tiba-tiba sembunyi di ranting-ranting mangrove, trus muncul pake
kostum laba-laba sebagai Spiderman eh Birdman, ding :p hihi...
Nggak
hanya sampai disitu aja perjumpaan kita dengan si Isabella. Kita berjumpa
dengan Isabella lagi waktu pengamatan Peksia hari Sabtu, 12 Januari 2013
kemarin. Sayangnya kita cuma ketemu 1 individu. Tapi dengan mengetahui
keberadaannya si Isabella yang tetap eksis di Wonorejo,sudah bikin kita senang
masih bisa melihat dia di sana. Have a great birding J Salam konservasi!
NB : ini nih Terik Australia/Stiltia
Isabella/Australian Pratincole (Vieillot, 1816) yang kita jumpai di Wonorejo,
Surabaya.
Foto : Nurul ayu Dianti (Nurul uchan) / Peksia Himbio Unair
Terik australia bersama Trinil Pantai (Foto : Zahra
Novianty / Peksia Himbio Unair)
Sempat juga didokumentasikan dlm video oleh mbak Nurul Uchan (maaf kalo ada kata-kata dalam video ini yang gak ada hubungannya sama Terik australia dan sedikit lebay.. haha.. :p . silahkan dilihat di Youtube :
Deskripsi
Berukuran
sedang (23 cm), seperti cerek, kaki dan sayap panjang. Bagian atas kemerahan,
sayap panjang melewati ujung ekor. Dada bagian atas putih kekuningan, terdapat
bercak pada bagian bawahnya, perut coklat berangan. Penutup bulu ekor atas,
perut, dan bagian bawah ekor putih, sayap bagian bawah hitam. Ekor pendek,
berwarna hitam dengan ujung putih. Iris coklat kemerahan, paruh merah dengan
ujung hitam, kaki kemerahan.
Suara
Getaran
“kwirrii-piit”.
Belum tersedia rekaman suara yang diambil di wilayah
Indonesia.
Penyebaran
dan ras
Berbiak di
Australia kecuali kawasan barat-daya dan pesisir tenggara; musim dingin bermigrasi
ke Papua dan Sunda Besar.
Tempat
hidup dan Kebiasaan
Mengunjungi
kawasan padang rumput, lahan basah, tambak dan laguna. Mirip Terik Asia, tetapi
lebih sering sebagai pelari di tanah. Hidup dalam kelompok yang tidak rapat.
Suka menggoyangkan kepala dan tubuh. Pada petang hari terbang dalam kelompok
seperti camar mengejar serangga.
Status
Daftar merah
IUCN : Resiko Rendah (LC)
Perdagangan
internasional : -
Perlindungan
: -