Home | Posts RSS | Comments RSS | Login

Laporan PEKA-SL di PWEC (sekitar Mei-Juni)

Rabu, 01 Agustus 2012



laporan dari pengamatan disekitar P-WEC

:D Senang sekali ketemu dengan :
 
1. Cynniris jugularis/Burung madu sriganti/Olive-backed Sunbird
Deskripsi: Berukuran kecil (10 cm), berperut kuning terang. Jantan dagu dan dada hitam-ungu meta­lik, punggung hijau-zaitun. Betina: tanpa warna hitam, tubuh bagian atas hijau-zaitun, tubuh bagian bawah kuning, alis biasanya kuning muda.

Iris coklat tua, paruh dan kaki hitam.
Suara: Kerikan musikal: “ciip, ciip, chii wiit” dan suatu melodi pendek yang diakhiri dengan getaran nyaring.
Penyebaran global: Cina, Asia tenggara, Filipina, Semenanjung Malaysia, dan Indonesia, sampai P. Irian dan Australia.
Penyebaran lokal dan status: Burung-madu yang paling umum di daerah dataran rendah terbuka, kadang‑kadang sampai ketinggian   1.700 m di seluruh Sunda Besar (termasuk pulau‑pulau kecil di sekitarnya).
Kebiasaan: Ribut. Dalam kelompok kecil, berpindah-pindah dari satu pohon atau semak berbunga ke yang lainnya. Jantan kadang‑kadang berkejar-kejaran mondar-mandir dengan galak. Mengunjungi pekarangan, semak pantai, dan hutan mangrove. Mendatangi bunga Loranthus, Morinda, pohon pepaya, dan lain-lain. 

2. Picoides moluccensis (Howard and Moore 3rd edition (as published)) or Dendrocopos moluccensis (Gmelin, 1788)/Caladi Tilik/Sunda Woodpecker
Deskripsi: Berukuran kecil (13 cm), berwarna hitam dan putih. Topi coklat gelap. Tubuh bagian atas coklat gelap berbintik putih. Tubuh bagian bawah putih kotor bercoretkan hitam. Sisi muka putih dengan bercak pipi abu-abu, setrip malar hitam lebar. Jantan: ada garis merah tipis di belakang mata.
Iris merah, paruh atas hitam, paruh bawah abu-abu, kaki hijau.
Suara: "Kikikikikiki" yang bergetar pendek, tajam terengah-engah, atau dengungan "trrrrrr-i-i".
Penyebaran global: India, Asia tenggara, Kalimantan, Sumatera, Jawa, dan Nusa Tenggara.
Penyebaran lokal dan status: Dulu agak jarang di Sumatera, tetapi sekarang lebih umum terdapat dan tersebar luas di hutan yang cukup terbuka. Di Kalimantan, kebanyakan hidup di daerah pantai. Di Jawa dan Bali, umum terdapat di ketinggian rendah.
Kebiasaan: Khas pelatuk kecil, bergerak perlahan-lahan pada batang pohon atau pohon mati untuk mencari makan, biasanya menyendiri. Tinggal di hutan sekunder, lahan terbuka, dan hutan mangrove.

3. Orthotomus sepium/Cinenen Jawa/Olive-backed Tailorbird
Deskripsi: Berukuran kecil (11 cm), berwarna kelabu, berkepala merah karat. Jantan: mahkota, kerongkongan, dan pipi merah karat, bulu yang lain abu-abu kehijauan, perut putih tersapu kuning. Betina: kepala tidak semerah jantan, dagu dan tenggorokan atas putih. Perbedaannya dengan Cinenen kelabu: punggung lebih zaitun, sisi tubuh lebih kuning, tidak begitu kelabu. Iris coklat kemerahan, paruh coklat, kaki merah muda.
Suara: Terkenal karena variasi suaranya, termasuk suara monoton berulang, sama dengan suara Cinenen kelabu.
Penyebaran global: Endemik di Jawa dan Bali.
Penyebaran lokal dan status:                                Umum terdapat sampai ketinggian   1.500 m di Jawa dan Bali.
Kebiasaan: Mengunjungi hutan terbuka, pinggir hutan, tumbuhan sekunder, dan rumpun bambu. Aktif di semak bawah dan di pucuk pohon.
Catatan: Diperlakukan oleh beberapa pakar  sebagai ras dari Cinenen kelabu.

4. Cocomantis sepulcralis/Wiwik Uncuing/Rusty-breasted Cuckoo
Deskripsi: Berukuran kecil (23 cm), berwarna coklat keabuan. Dewasa: kepala abu-abu, bagian punggung, sayap, dan ekor coklat keabuan, tubuh bagian bawah merah karat. Mirip Wiwik kelabu, tetapi lebih gelap. Burung muda: punggung coklat terang, tubuh bagian bawah keputih-putihan dengan garis-garis hitam yang cukup lebar dan jelas pada seluruh bulunya.
Iris coklat, lingkaran mata kuning, paruh hitam dengan bintik jingga, kaki abu-abu.
Suara: Siulan sedih: “wiit” atau “pii-wiit”, diulang sepuluh sampai dua puluh lima kali, dengan nada yang makin merendah. Bunyi meninggi, lebih cepat, dan “liar” daripada kicauan yang mirip kicauan Wiwik kelabu (D.A.H).
Penyebaran global: Semenanjung Malaysia, Kalimantan, Sumatera, Belitung, Enggano, Simeuleu, Jawa, Bali, Sulawesi, Maluku, Nusa Tenggara, dan Filipina.
Penyebaran lokal dan status: Penghuni dataran rendah di perbukitan sampai ketinggian   1.600 m.
Kebiasaan: Menyukai hutan, tepi hutan, tumbuhan sekunder, perkebunan, dan kebun-kebun di pedesaan.
Catatan: Kadang-kadang disamakan dengan jenis Wiwik belukar C. variolosus, tetapi mungkin berkerabat lebih dekat dengan C. merulinus.

5. Pericrocotus cinnamomeus/Sepah Kecil/Small Minivet
Deskripsi: Berukuran kecil (15 cm), berwarna abu-abu, merah, dan hitam. Perbedaannya dengan burung sepah lain adalah kepala dan mantel jantan abu-abu serta tubuh bagian bawah betina keputih-putihan dan lebih buram.
Iris coklat, paruh hitam, kaki hitam.
Suara: Bernada tinggi, berdering "tsyi-tsyi-tsyi-tsyi", merupakan panggilan di antara anggota kelompok.
Penyebaran global: India, Asia tenggara (kecuali Semenanjung Malaysia), Kalimantan, Jawa, dan Bali.
Penyebaran lokal dan status: Status di Kalimantan tidak diketahui. Pada akhir abad yang lalu, seekor dikoleksi di Kalimantan selatan, mungkin merupakan pengembara dari Jawa. Penghuni tetap di Jawa dan Bali, tersebar luas dan cukup umum terdapat di dataran rendah. Di Sumatera dan Kalimantan, digantikan keberadaannya oleh Sepah tulin.
Kebiasaan: Lebih menyukai hutan terbuka, hutan mangrove, tanah pertanian, dan pedesaan. Terbang dalam kelompok kecil yang aktif dan ribut, mencari makan di puncak pohon-pohon yang tinggi.

6. Halcyon cyanoventris/Cekakak Jawa/Javan Kingfisher
Deskripsi: Berukuran sedang (25 cm), berwarna sangat gelap. Dewasa: kepala coklat tua, tenggorokan dan kerah coklat. Perut dan punggungnya biru ungu, penutup sayap hitam, bulu terbang biru terang. Bercak putih pada sayap terlihat sewaktu terbang. Remaja: tenggorokan keputih-putihan.
Iris coklat tua, paruh dan kaki merah.
Suara: Jernih berdering: “cii-rii-rii-rii” atau “crii- crii-crii”, dan suara lain yang mirip Cekakak belukar.
Penyebaran global: Endemik di Jawa dan Bali.
Penyebaran lokal dan status: Tersebar luas dan tidak jarang di lahan terbuka di dekat air bersih, sampai ketinggian   1.000 m di Jawa dan Bali. Telah hilang dari beberapa tempat yang dulu sering dikunjungi.
Kebiasaan: Bertengger pada cabang rendah pohon yang terisolasi atau pada tiang di lahan rumput terbuka. Memburu serangga dan mangsa lain. Jarang sekali berburu di atas air. Lebih pendiam dibandingkan Cekakak sungai, tetapi suaranya sering terdengar.

7. Aethophyga eximia/Burung madu gunung/White-flanked Sunbird
Deskripsi: Berukuran sedang (13 cm termasuk ekor panjang pada jantan), berwarna-warni. Jantan dewasa: mahkota dan garis tenggorokan yang sempit biru-ungu mengilap; tenggorokan dan dada atas merah; punggung dan sayap berwarna zaitun, tunggir kuning, ekor hijau kebiruan panjang, ada berkas bulu putih pada sisi tubuh. Betina: tubuh bagian atas berwarna zaitun suram, tubuh bagian bawah hijau-zaitun tua dengan sisi putih, ekor lebih pendek.
Iris coklat, paruh dan kaki hitam.
Suara: “Ti‑ti‑ti‑liit” yang amat nyaring dan variasinya.
Penyebaran global: Endemik di Jawa.
Penyebaran lokal dan status: Umum terdapat di gunung‑gunung di Jawa, di hutan dan semak puncak gunung di atas ketinggian 1.200 m.
Kebiasaan: Terbang sendirian, berpasangan, atau dalam kelompok kecil, biasanya tidak jauh di atas lantai hutan. Mendatangi pohon‑pohon yang sedang berbunga dan tumbuhan merambat di hutan lebat, hutan bekas tebangan, dan pinggir hutan.

8. Microhierax fringillarius/Alap-alap Capung/Black-tighted Falconet
Deskripsi: Berukuran kecil (15 cm), berwarna hitam dan putih. Tubuh bagian atas hitam, dengan bintik-bintik putih pada bulu sekunder paling dalam dan pada ekor. Dada putih, perut merah karat, paha hitam. Bagian sisi muka dan penutup telinga hitam, dikelilingi garis atau bercak putih. Muka remaja tersapu warna kemerahan.
Iris coklat gelap, paruh keabuan, kaki abu-abu.
Suara: Keras, teriakan tinggi "syiiw" dan cepat berulang-ulang "kli-kli-kli-kli".
Penyebaran global: Semenanjung Malaysia dan Sunda Besar.
Penyebaran lokal dan status: Di Sumatera dan Kalimantan (kecuali di bagian utara) umumnya dijumpai di hutan dataran rendah sampai ketinggian   1.000 m. Sekarang jarang ditemukan di Jawa dan Bali.
Kebiasaan: Duduk bertengger di daerah terbuka di tepi hutan atau desa terbuka, termasuk di daerah persawahan. Menangkap capung dan serangga lainnya secara ganas dan mendadak, kadang-kadang berani menyerang burung-burung kecil dan mangsa lainnya. Bersarang pada lubang-lubang pohon.
Catatan: Beberapa pakar menganggap alap-alap ini sejenis dengan Alap-alap kalung M. caerulescens.

9. Spilornis cheela/Elang-ular Bido/Crested Serpent-eagle
Deskripsi: Berukuran sedang (50 cm), berwarna gelap. Sayap sangat lebar membulat, ekor pendek. Dewasa: tubuh bagian atas coklat abu-abu gelap, tubuh bagian bawah coklat. Perut, sisi tubuh, dan lambungnya berbintik-bintik putih, terdapat garis abu-abu lebar di tengah garis-garis hitam pada ekor. Jambulnya pendek dan lebar, berwarna hitam dan putih. Ciri khasnya adalah kulit kuning tanpa bulu di antara mata dan paruh. Pada waktu terbang, terlihat garis putih lebar pada ekor dan garis putih pada pinggir belakang sayap. Ras Kalimantan berwarna lebih pucat dan coklat. Remaja: mirip dewasa, tetapi lebih coklat dan lebih banyak warna putih pada bulu.
Iris kuning, paruh ­coklat-abu-abu, kaki kuning
Suara: Sangat ribut, melayang-layang di atas hutan, mengeluarkan suara nyaring dan lengking "kiu-liu", "kwiiik-kwi", atau "ke-liik-liik" yang khas, dengan tekanan pada dua nada terakhir, dan "kokokoko" yang lembut.
Penyebaran global: India, Cina selatan, Asia tenggara, Palawan, dan Sunda Besar.
Penyebaran lokal dan status: Terdapat di seluruh Sunda Besar dan mungkin merupakan elang yang paling umum di daerah berhutan sampai  pada ketinggian 1.900 m.
Kebiasaan: Sering terlihat terbang melingkar di atas hutan dan perkebunan, antar pasangan sering saling memanggil. Pada saat bercumbu, pasangan memperlihatkan gerakan aerobatik yang menakjubkan walaupun biasanya tidak terlalu gesit. Sering bertengger pada dahan yang besar di hutan yang teduh sambil mengamati permukaan tanah di bawahnya.

10. Ictinaetus malayensis/Elang Hitam/Black Eagle
Deskripsi: Berukuran besar (70 cm), berwarna hitam. Sayap dan ekor panjang, tampak sangat besar pada waktu terbang. Terdapat bercak berwarna pucat pada bagian pangkal bulu primer dan garis-garis samar pada ekor. Tetapi pada waktu terbang atau beristirahat, penampakan umum tubuh seluruhnya hitam. Remaja: berwarna pucat, dengan coretan kuning tua pucat pada bulu dan paha.
Iris coklat, paruh hitam dengan ujung abu-abu, sera dan kaki kuning.
Suara: Ratapan berulang-ulang “klii-ki” atau “hi-liliuw”, biasanya dikeluarkan dalam seri nada yang melemah.
Penyebaran global: India, Cina tenggara, Asia tenggara, Sulawesi, Maluku, dan Sunda Besar.
Penyebaran lokal dan status: Terpencar, tetapi tersebar luas di seluruh Sunda Besar, di dataran rendah dan hutan perbukitan sampai ketinggian   1.400 m (di Jawa sampai ketinggian   3.000 m).
Kebiasaan: Mendiami kawasan hutan, biasanya terlihat berputar-putar rendah di atas tajuk pohon. Meluncur dengan indah dan mudah di sisi-sisi bukit berhutan, sering berpasangan.  Suka merampok sarang burung lain.

11. Lonchura punctulata/Bondol Peking/Scaly-breasted Munia
Deskripsi: Bondol agak kecil (11 cm), berwarna coklat. Tubuh bagian atas coklat, bercoretan, dengan tangkai bulu putih, tenggorokan coklat kemerahan. Tubuh bagian bawah putih, bersisik coklat pada dada dan sisi tubuh. Remaja: tubuh bagian bawah kuning tua tanpa sisik.
Iris coklat, paruh kelabu kebiruan, kaki hitam kelabu.
Suara: Cicitan nada ganda: “ki-dii, ki-dii” atau suara tanda bahaya: “tret-tret”.
Penyebaran global: India, Cina, Filipina, Asia tenggara, Semenanjung Malaysia, Sunda Besar, Nusa Tenggara, dan Sulawesi. Diintroduksi ke Australia dan tempat lainnya.
Penyebaran lokal dan status: Di Sumatera, Jawa, dan Bali, umum dan tersebar luas, sampai ketinggian   1.800 m. Diperkirakan ada populasi feral di Kalimantan selatan.
Kebiasaan: Sering mengunjungi padang rumput terbuka di lahan pertanian, sawah, kebun, dan semak sekunder. Hidup berpasangan atau dalam kelompok kecil, segera bergabung dengan kelompok bondol lainnya. Memperlihatkan goyangan ekor khas bondol, bertingkah laku tidak karuan dan lincah.

12. Prinia familiaris/Perenjak Jawa/Bar-winged Prinia
Deskripsi: Berukuran agak besar (13 cm), berwarna zaitun. Ekor panjang, dengan garis sayap putih khas serta ujung hitam-putih. Tubuh bagian atas coklat-zaitun, tenggorokan dan dada tengah putih; sisi dada dan sisi tubuh kelabu, perut dan tungging kuning pucat.
Iris coklat, paruh atas hitam, paruh bawah kekuningan, kaki merah muda.
Suara: Keras bernada tinggi: “cwuit-cwuit-cwuit”. Suara alarm: "hii-hii-hii".
Penyebaran global: Endemik di Sumatera, Jawa, dan Bali.
Penyebaran lokal dan status: Di Sumatera tidak jarang sampai ketinggian   900 m, walaupun tidak terlihat di Sumatera utara. Sangat umum sampai ketinggian   1.500 m di Jawa dan Bali.
Kebiasaan:           Menghuni hutan mangrove dan habitat sekunder terbuka, terutama kebun dan taman. Ribut, suka berkelompok kecil. Berburu di sekitar permukaan tanah sampai puncak pohon.

Alhamdulillah, dapat menemukan setidaknya 12 jenis burung. Selain itu, banyak teman yang bertambah. Terbang Menembus Batas ! Sekian ^_^

0 comments to Laporan PEKA-SL di PWEC (sekitar Mei-Juni):

Posting Komentar