Home | Posts RSS | Comments RSS | Login

Ada yang beda..

Minggu, 27 Januari 2013

Ada yang beda dari pengamatan Peksia kemarin.

           Ceritanya nih, hari Rabu 9 Januari 2013 di Wonorejo kita berjumpa ‘sesosok’ burung yang beda dari spesies burung yang biasa kita lihat di Wonorejo. Awalnya kita cuma iseng-iseng aja pengamatan, sekalian ngisi waktu dan hari kosong jeda UAS. Lumayan kan, daripada nganggur dan ujung-ujungnya ngowoh di kamar.. hihi. Terkadang pengamatan gak cuma buat nambah ilmu dan pengalaman tapi juga bikin kita terhibur. Gimana gak terhibur? Burung-burung ‘unyu’ kayak Rajaudang biru (Alcedo coerulescens), Bondol peking (Lonchura punctulata), dan Perenjak rawa (Prinia familiaris) seliweran di depan mata. Ada juga burung-burung pantai, contohnya Cerek jawa (Charadrius javanicus), Cerek Kernyut (Pluvialis fulva), dan Trinil pantai (Actitis hypoleucos) mondar-mandir nyari ‘penghasilan’ di substrat berlumpur.

         Nah, waktu itu cuacanya enaaaaak banget. Mendung, angin sepoi-sepoi bagaikan di tambak (emang gak di tambak ya? :p). Kita santai duduk-duduk di depan tambak sambil bercanda, makan-makan, nyalon (eh), muncullah spesies burung yang beda itu di substrat berlumpur tempat kita ngelihat burung-burung pantai tadi. Bukan, dia bukan beda gara-gara pake sarung sambil bawa kentongan (emang mau ngeronda?), dia terlihat unfamiliar karena perawakannya yang hampir mirip cerek tapi terlihat lebih besar dan mudah terlihat dari kejauhan lewat warnanya yang coklat kemerahan dan ekornya yang berwarna hitam. Selain itu, perilakunya beda dengan burung-burung yang waktu itu lagi di sekitarnya, burung ini lebih sering terlihat berlari-lari, gak tau dia emang dulunya atlet lari atau cuma pengen olahraga aja haha... Setelah tahu kalau burung ini terasa agak janggal di mata, kita langsung menggunakan senjata kita kalau pengamatan, betul sekali...binokuler dan kamera! Dan bener, setelah kita bino dan foto burung ini, kita mendapati hasil bahwa : kita sama sekali bener-bener belum pernah lihat burung ini di Wonorejo. Langsung kita cocokkan dan identifikasi pake kitab perburungan kita, Mackinnon. Setelah perdebatan alot (kira-kira 10 tahun) akhirnya kita mendapati kesimpulan bahwa burung ini bernama : Terik australia (Stiltia isabella) atau dalam nama inggrisnya adalah Australian Pratincole. Kita yang penasaran langsung menanyakan kepada ‘tetua’ Peksia tentang keberadaan dan perjumpaan burung ini di Wonorejo. Jawaban nya, senior-senior Peksia juga belum pernah menemukan si Isabella ini di Wonorejo. Bahkan dari artikel yang kami dapatkan, perjumpaan dengan Terik australia di Pulau Jawa hanya beberapa kali dan mostly di daerah pantai selatan. Beberapa kali tercatat muncul dan salah satunya di Pantai Trisik (http://www.kutilang.or.id/burung/konservasi/terik-australia/) dan di daerah Lumajang. 

            Kalau tentang perilaku nya si Isabella yang cuma sebentar aja kita lihat, dia suka banget tampil. Gara-gara itu, beberapa kali kita dapat foto-fotonya dan beberapa kali juga kami lihat dia gak sendirian, tapi ada satu temennya, alias berjumlah 2 individu. Selain itu, burung yang memiliki paruh merah dengan ujung hitam ini juga sering terlihat menggoyangkan kepala dan badannya. Tak terasa, selama setengah jam kami mantengin dia yang lari-lari, mondar-mandir, tiba-tiba sembunyi di ranting-ranting mangrove, trus muncul pake kostum laba-laba sebagai Spiderman eh Birdman, ding  :p hihi...

            Nggak hanya sampai disitu aja perjumpaan kita dengan si Isabella. Kita berjumpa dengan Isabella lagi waktu pengamatan Peksia hari Sabtu, 12 Januari 2013 kemarin. Sayangnya kita cuma ketemu 1 individu. Tapi dengan mengetahui keberadaannya si Isabella yang tetap eksis di Wonorejo,sudah bikin kita senang masih bisa melihat dia di sana. Have a great birding  J  Salam konservasi!

NB : ini nih Terik Australia/Stiltia Isabella/Australian Pratincole (Vieillot, 1816) yang kita jumpai di Wonorejo, Surabaya.

Foto : Nurul ayu Dianti (Nurul uchan) / Peksia Himbio Unair



Terik australia bersama Trinil Pantai (Foto : Zahra Novianty / Peksia Himbio Unair)



Sempat juga didokumentasikan dlm video oleh mbak Nurul Uchan (maaf kalo ada kata-kata dalam video ini yang gak ada hubungannya sama Terik australia dan sedikit lebay.. haha.. :p . silahkan dilihat di Youtube :


Deskripsi
 Berukuran sedang (23 cm), seperti cerek, kaki dan sayap panjang. Bagian atas kemerahan, sayap panjang melewati ujung ekor. Dada bagian atas putih kekuningan, terdapat bercak pada bagian bawahnya, perut coklat berangan. Penutup bulu ekor atas, perut, dan bagian bawah ekor putih, sayap bagian bawah hitam. Ekor pendek, berwarna hitam dengan ujung putih. Iris coklat kemerahan, paruh merah dengan ujung hitam, kaki kemerahan.
Suara
 Getaran “kwirrii-piit”.
Belum tersedia rekaman suara yang diambil di wilayah Indonesia.

Penyebaran dan ras
 Berbiak di Australia kecuali kawasan barat-daya dan pesisir tenggara; musim dingin bermigrasi ke Papua dan Sunda Besar.

Tempat hidup dan Kebiasaan
 Mengunjungi kawasan padang rumput, lahan basah, tambak dan laguna. Mirip Terik Asia, tetapi lebih sering sebagai pelari di tanah. Hidup dalam kelompok yang tidak rapat. Suka menggoyangkan kepala dan tubuh. Pada petang hari terbang dalam kelompok seperti camar mengejar serangga.

Status
 Daftar merah IUCN : Resiko Rendah (LC)
 Perdagangan internasional : -
 Perlindungan : -

All About Garuda

Senin, 21 Januari 2013

Garuda, merupakan burung kebanggaan rakyat Indonesia yang mendapat posisi terhormat sebagai lambang negara, dalam kehidupan nyata terlihat sosoknya dalam diri elang jawa (Nisaetus bartelsi).  

Dalam Kitab Adiparwa disebutkan bahwa garuda merupakan burung gagah berani yang dijadikan kendaraan Dewa Wisnu. Burung yang berdiam di surga ini diperkenalkan oleh Presiden Soekarno kepada khalayak sebagai lambang negara pada 15 Februari 1950 di Hotel Des Indes, Jakarta


Namun, di luar konteks simbol atau lambang negara tersebut, burung merupakan salah satu spesies yang banyak memberi manfaat baik bagi manusia maupun alam. Sebut saja Elang yang merupakan top predator dalam siklus rantai makanan. Keberadaannya tentu sangat mempengaruhi seglaa bentuk kehidupan di alam





Hal ini membuat kami bersama beberapa komunitas birdwatcher turut serta dalam kampanye Elang Jawa yang bertajuk “All About Garuda” yang diadakan di Taman Bungkul Surabaya bersamaan dengan dilaksanakannya Car Free Day pada hari Minggu, 23 Desember 2012.


  
















Selain itu, acara ini merupakan rangkaian acara dari program pelepasliaran Elang Jawa (sitaan dari hasil operasi represif di Kabupaten Sidoarjo) di Kawah Ijen  yang alhamdulillah telah dilaksanakan tanggal 15 Januari 2013. 
Rangkaian-rangkaian acara ini merupakan hasil kerja sama Balai Besar KSDA Jawa Timur dengan Raptor Indonesia (RAIN), Perum Perhutani Unit II Jawa Timur (KPH Banyuwangi Barat), serta rekan-rekan voulenteer dari beberapa perguruan tinggi di Jawa Timur (PEKSIA  Himbio Universitas Airlangga, Kelompok Minat Profesi Veteriner Pet & Wild  FKH Universitas Airlangga, PECUK  Biologi Institut Teknologi 10 Nopember Surabaya, KELAWAR  FKH Universitas Brawijaya, MAPALIPMA  Institut Pertanian Malang, MALANG EYES LAPWING- Biologi Universitas Negeri Malang, ZOOTHERA – Biologi Universitas Brawijaya Malang, Mapala Politeknik Banyuwangi).




Terbang Menembus Batas !!